Mahasiswa STIKES Sehati, yang sehari-harinya belajar tentang kesehatan, merawat orang lain, dan kadang menghadapi tekanan akademik serta praktik lapangan, pasti punya beban tersendiri. Tapi justru dari situ juga banyak pintu untuk belajar bersyukur.
Berikut beberapa cara mahasiswa STIKES Sehati bisa lebih bersyukur, meski hidup kuliah dan praktik terasa berat:
1. Sadari Makna Profesi Kesehatan
Kamu sedang belajar untuk jadi seseorang yang kelak bisa menyelamatkan nyawa, merawat orang yang sedang di titik terlemah mereka. Itu bukan hal sepele. Bersyukur karena kamu punya kesempatan belajar hal yang sangat mulia.
2. Ingat: Banyak Orang Nggak Dapat Kesempatan Kuliah
Di luar sana banyak yang pengen kuliah tapi nggak bisa—karena ekonomi, akses, atau situasi keluarga. Kamu kuliah di STIKES Sehati, punya teman, dosen, ilmu, dan jalan hidup yang jelas—itu berkah besar yang kadang nggak kelihatan saat kita terlalu fokus ke tugas dan tekanan.
3. Buat Jurnal Syukur Harian
Setiap malam, tulis 3 hal yang kamu syukuri sebagai mahasiswa. Contohnya:
-
Dosen hari ini ngajarnya seru.
-
Dapet pasien yang ramah waktu praktik.
-
Temen bantuin ngerjain tugas.
Hal-hal kecil ini bisa bantu kamu sadar bahwa setiap hari pasti ada hal positif.
4. Lihat Pasien Sebagai Pengingat
Saat kamu praktik atau KKL, kamu pasti ketemu pasien yang sakit. Itu bisa jadi momen refleksi:
"Aku masih bisa jalan, bisa belajar, bisa kerja keras. Aku sehat."
Pasien bukan cuma objek praktik, tapi juga guru kehidupan.
5. Bangun Kebiasaan “Ngucap Syukur”
Setiap kali kamu ngerasa stres, coba ucapkan dalam hati:
“Aku lelah, tapi aku bersyukur masih diberi jalan untuk belajar.”
Kalimat kecil itu bisa jadi pegangan saat mental mulai goyah.
6. Komunitas Positif
Gabung ke kelompok atau komunitas yang saling dukung, baik itu teman sekelas, kelompok belajar, atau kegiatan rohani. Lingkungan yang positif bisa bantu kamu lebih mudah melihat hal-hal baik.