Mahasiswa STIKES Sehati—sebagai calon tenaga kesehatan—berada dalam posisi yang sangat penting dalam merawat, mendampingi, dan memberi semangat kepada orang lain yang sering kali berada dalam kondisi rapuh. Untuk itu, belajar menghargai ketidaksempurnaan bukan hanya penting secara pribadi, tapi juga sebagai bagian dari profesionalisme dan empati. Berikut beberapa cara yang relevan:
Cara Mahasiswa STIKES Sehati Belajar Menghargai Ketidaksempurnaan:
1. Menerima Kesalahan Sebagai Proses Belajar
Di dunia medis, kesalahan kecil bisa terasa sangat besar. Tapi sebagai mahasiswa, penting untuk melihat kesalahan bukan sebagai kegagalan mutlak, tapi bagian dari proses pembelajaran yang sangat berharga.
“Bukan soal tidak pernah salah, tapi bagaimana kita belajar dari setiap langkah.”
2. Belajar dari Pasien: Keberanian dalam Keterbatasan
Pasien sering datang dalam kondisi fisik atau mental yang tidak sempurna. Mahasiswa bisa belajar dari mereka bahwa semangat, harapan, dan keberanian tetap bisa hidup dalam ketidaksempurnaan.
3. Mengembangkan Empati, Bukan Perfeksionisme
Dalam praktik keperawatan atau kesehatan, empati lebih penting dari kesempurnaan teknis. Mampu hadir secara utuh—meski tidak sempurna—lebih bermakna daripada menjadi sempurna tapi dingin.
4. Menerapkan Filosofi Kintsugi dalam Praktik Harian
Misalnya:
-
Menulis refleksi pribadi dari pengalaman klinik yang penuh tantangan.
-
Mengadakan forum berbagi kisah “retak yang membentuk” untuk saling menguatkan antar teman seangkatan.
-
Melatih sikap sabar pada diri sendiri dan orang lain.
5. Membentuk Mindset Growth: “Aku Masih Belajar”
Hindari membandingkan diri terus-menerus. Ketidaksempurnaan hari ini adalah bahan baku untuk kekuatan masa depan.